Assalamu’alaikum Wr Wb
Perkenalkan….
Nama saya Retno Wulan Sari.
Dulu saya adalah pendamping anak Rizky Bagus Pratama ,yang pernah didampingkan oleh Ruang Pasien karena sakitnya kanker tulang.
Saya ingin menceritakan sedikit kisah hidup saya..
Tahun 2019 lalu adalah pertemuan pertama saya dengan yayasan ini, tepatnya di bulan November anak saya sakit dan divonis kanker tulang dan harus di rujuk di RS sutomo Surabaya karena rumah sakit daerah Gambiran tidak mempunyai fasilitas yang lengkap untuk pengobatan lebih maksimal untuk anak saya.
Karena keterbatasan biaya sempat saya undur hingga dua Minggu lamanya sampai saya benar benar memutuskan siap untuk berangkat ke Surabaya demi menjalani pengobatan anak saya.
Itupun saya dan suami harus menjual 2 buah HP ,tabung gas, dan 3 buah sepeda motor demi untuk bisa membawa bekal yang cukup selama masa pengobatan anak saya disana.
Alhamdulillah ada relawan daerah yang mengantarkan kami ke Surabaya dan menempatkan kami di rumah singgah.
Dan setelah diterima di Yayasan Ruang Pasien ini dengan berjalannya waktu saya dan keluarga sangat tertolong sekali karena banyak bantuan yang kami peroleh, dari pendampingan pengobatan selama di rumah sakit, penyediaan rumah singgah gratis, serta pengantaran dengan mobil ambulan yang juga gratis kami dapatkan…
Hari demi hari dengan berjalannya waktu kujalani dengan sabar dan berdoa memperjuangkan kesembuhan anak saya.
Pernah kami hanya makan 1 bungkus nasi di makan bertiga berama anak saya almarhum untuk menghemat uang saat itu , karena baik saya maupun suami sudah tidak ada yg bekerja lagi karena hari hari kami sudah fokus untuk mendampingi anak kami.
Dalam hati saya bingung memikirkan kondisi saat itu , belum lagi melihat kenyataan rumah kami yang sudah dirobohkan dan perabotan sudah dikeluarkan semua dari rumah itu,, semua rusak tidak berbentuk lagi…
Kami termakan janji dan iming iming penawaran dari salah satu komunitas yang katanya akan membantu merenovasi (bedah rumah) agar kondisinya lebih layak dari sebelumnya. Tetapi setelah rumah tersebut dirobohkan , miris hati kami melihat rumah itu dibengkalaikan oleh mereka dengan berbagai macam dalih alasan..
Hingga kini rumah itu belum bisa kami tempati kembali karena tak ada dana lagi yang kami pegang untuk memperbaikinya. Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk biaya pengobatan anak kami dan biaya hidup sehari hari saja sudah sangat tidak ringan bagi kami.
Tapi saat itu saya hanya berfikir untuk kesembuhan anak saya dulu ..
Sedangkan untuk yang lain lain termasuk rumah saya tak lagi ambil pusing memikirkannya…
Sedih hancur lebur semua sudah habis habisan kami tempuh demi untuk si Sulung sembuh dari sakitnya..
Belakangan dan setelah anak saya dioperasi dan di amputasi kakinya, fokus saya yang terpenting anak saya bisa sembuh dan sehat kembali. Baru kemudian memikirkan akan punya rumah baru, tapi ternyata semua cerita malah terbalik.
Allah berkehendak lain…
Semua impian hancur, anak saya drop dan bergantung pada oksigen.
Hingga di akhir hidupnya dia memilih ingin kembali pulang ke desa karena kangen dengan saudara saudaranya.
Itupun masih menggunakan oksigen karena kondisinya semakin hari semakin bertambah parah..
Pasca beberapa hari kami pulang ke desa, kondisi anak saya kritis hingga harus dilarikan lagi ke rumah sakit. Terpaksa kami kembali ke Surabaya dan membawanya ke IGD.
Sempat terlontar dari bibirnya ia berkata…
” Buk..nyawa ku mau di ambil..”
Sambil menyalami tangan saya dan suami seolah mensyiratkan bahwa ia ingin berpamitan kepada kedua orang tuanya. Ia juga sempat meminta air minum kepada kami, dan minta dipeluk oleh bapak dan ibu nya. Ternyata saya baru menyadarinya bahwa itulah momen terakhirku bersamanya…tepat di tanggal 10 November 2021 ia pergi meninggalkan kami.
Hati mana yang tidak hancur sebagai ibu.., melihat perjuangan sebelumnya pontang panting kesana kemari dan berjuang agar anak bisa sembuh. Tetapi Allah berkehendak lain ..
“Kulo ikhlas ya Allah..anak Kulo dipundut..”
Alhamdulillah dengan adanya Ruang Pasien bersama menemani hari hari ku berjuang untuk mengobati anak saya, saya sangat bersyukur dan sangat berterimakasih mempunyai keluarga baru dan bertemu orang orang yang baik yang terus menguatkan dan memberi support penuh terhadap keluarga kami atas cobaan demi cobaan hidup yang kami lalui.
Sejak saat anak saya masih ada hingga meninggal dan akhirnya saya dan suami memutuskan mengabdi untuk menjadi relawan disini, kami mendapatkan kepercayaan untuk mengemban misi kemanusiaan dengan ikut menjadi relawan pendampingan pasien, berbekal dari pengalaman saat mendampingi anak ketika sakitnya.
Hari berganti hari hingga aku terdampar di kota Surabaya ini dan menetap disini. Disinilah ada banyak begitu kenangan indah yang saya lalui baik suka maupun duka..
Menjadi relawan Ruang Pasien adalah suatu kehormatan sekaligus kebanggan bagi saya untuk mengabdi dan memberikan kontribusi kebaikan bagi dunia. Saya tahu dan saya yakin saya bukan siapa siapa, tetapi ada banyak pasien pasien seperti anak saya yang membutuhkan bantuan dari kami.., dan pengalaman kami sebelumnya bisa kami pergunakan untuk membantu mereka. Semoga dengan ini Allah ridho menjaga keluarga saya untuk membangun hari hari baru saya menjadi lebih baik, juga menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak saya yang lainnya.
Bu Retno
Alhamdulillah sampai sekarang ini ,
Saya masih betah di yayasan Ruang Pasien. Hidup saya menjadi penuh warna kehidupan.., ada banyak relawan dari yang usianya paling muda hingga seusia saya ataupun lebih tua dari saya. Ada banyak cerita indah dari pasien pasien lain yang juga memberikan warna baru dan pengalaman bagi saya.
Saya tak lagi memikirkan tentang rumah saya di desa yang masih hancur dan tidak bisa ditempati. Rasa syukur saya menjadi lebih dan lebih setiap harinya…
Selamat milad untuk Ruang pasien yang ke-3. Semoga semakin berjaya dan semakin maju, bermanfaat bagi semua kalangan pasien pasien duafa yg membutuhkan teritama masyarakat di pelosok tanah air Indonesia, dan berkah sentausa bagi semua yang ada di dalamnya.
” Salam sukses selalu untuk Ruang Pasien, saya mencintaimu dengan setulus hati…”
Terima kasih,,
– Retno Wulan –