Kisah Pilu Pasien Penyakit Langka Di Pelosok

Sahabat, inilah kisah pilu pasien-pasien berpenyakit langka di daerah pelosok yang nyawanya terancam karena tidak bisa berobat akibat terkendala biaya.

Setiap menit, mereka menangis menahan sakit yang begitu menyiksa. Orang tua mereka yang jadi petani buruh berjuang mati-matian demi bisa bawa anaknya berobat, namun jarak tempuh ke rumah sakit sangat jauh, tak ada kerabat di kota dan tak ada biaya untuk sewa tempat tinggal sementara.

Bahkan, untuk makan saja mereka sampai berputar otak, bagaimana untuk bayar operasi yang mencapai ratusan juta? Dimana tempat mereka bernaung selama berobat di Ibukota? Mereka tak punya pilihan lain selain berusaha dan berdoa akan keajaiban datang. 

Bahkan, untuk makan saja mereka sampai berputar otak, bagaimana untuk bayar operasi yang mencapai ratusan juta? Dimana tempat mereka bernaung selama berobat di Ibukota? Mereka tak punya pilihan lain selain berusaha dan berdoa akan keajaiban datang. 

Kisah ini dialami oleh Fandi matanya hampir menonjol keluar. Kepalanya pecah pasca sehari dioperasi, bahkan kepalanya seperti cekung ke dalam. Balita itu sejak lahir menderita hidrosefalus (cairan menumpuk di dalam otak). 

Dokter bilang, otaknya Fandi terancam rusak, kepala sampai perut harus dipasang selang. Ayahnya berjuang mati-matian bekerja sebagai petani, sehari cuma dapat 16 ribu demi bisa bawa Fandi mendapat pengobatan intensif di RS.

“Paling sedih waktu itu, Fandi lagi kejang-kejang dan hampir mau jatuh dari kasur ke lantai, kepalanya sampai keluar cairan. Saat itu aku cuma sendiri, ayahnya di kebun lagi kerja. 

Detik itu juga aku langsung lari ke puskesmas sambil gendong anakku. Tiba-tiba di jalan, anakku pingsan nggak bangun-bangun. Aku nangis minta tolong warga sekitar. Nak, jangan tinggalin Ibu.. ibu akan terus berjuang demi Fandi.. Ibu janji..” – Ibu Fandi.

Namun, orang tua Fandi tak ingin menyerah untuk kesembuhan anaknya. Hingga akhirnya memberanikan diri menyebrang dari Alor ke Kupang dengan menempuh perjalanan laut selama 2 hari.

“Aku harus seberang laut buat bawa Fandi berobat. Berangkat dari rumah jam 3 pagi, makan waktu selama 2 hari. Pas sampai ke rumah sakit, sudah sore nggak kebagian antrian. 

Aku dan Fandi sampai tidur di lobby rumah sakit menunggu antrian untuk berobat, mau sewa tempat uangnya nggak cukup..” – Ibu Fandi.  

Fandi dinyatakan tidak akan bisa sembuh total kecuali di dalam kepalanya dipasang selang sampai perut untuk membuang cairan yang menumpuk.

Kini, Fandi tubuhnya terus demam, nafasnya sesak dan masih berjuang melawan penyakit yang bersarang di tubuhnya. Kepalanya semakin hari makin membesar, sewaktu-waktu dapat bocor jika tak segera diobati.

Selain Fandi, ada pula adik Aisha. Wajahnya hancur akibat kelainan genetik langka. Sejak lahir, wajah Aisha seperti itu, mulut dan hidungnya menyatu, terlihat jelas daging dan kulitnya. 

Mata sebelah kirinya tak bisa melihat. Orang tuanya berjuang jadi buruh tani tak cukup untuk membiayai pengobatan Aisha. 

“Waktu itu anakku jatuh, wajahnya membentur lantai, darahnya mengalir dengan deras.. Tangisnya sangat kencang. Detik itu aku langsung melihat wajahnya, hidung mulutnya hancur penuh darah.. 

Aku hanya bisa memeluknya sambil mengelap darahnya pakai kain.. Aku gak punya uang untuk bawa anakku ke rumah sakit untuk operasi yang biayanya sampai ratusan juta.” – Sang Ibu Aisha. 

Kisah pilu juga datang dari Syifa, yang menderita penyakit langka di bagian wajahnya. Saraf matanya terjepit, ia tak bisa melihat dengan jelas. Bahkan, matanya menonjol seperti ingin keluar.

“Ayah mata Syifa sakit banget.. Kenapa mataku gelap, Syifa mau lihat wajah Ayah sebentar aja… Syifa takut nggak bisa lihat Ayah Ibu selamanya….” – ucap Syifa sambil menangis..

Awalnya, Syifa mengalami demam yang sangat tinggi hingga matanya berputar-putar bahkan sampai mengakibatkan kejang dan akhirnya mata Syifa juling.

Selang beberapa bulan orang tua Syifa sempat membawa nya ke Rumah Sakit Solo dan dokter pun tidak sanggup karena alatnya kurang memadai bahkan hingga di bawa ke alternatif pun telah dilakukan.

Sahabat, keberlangsungan hidup para pejuang penyakit langka kini bergantung padamu. Maukah kamu bantu mereka untuk sembuh dari sakitnya dan menjalani perawatan medis dengan intensif? 

Donasi yang kamu berikan akan digunakan untuk biaya pengobatan intensif di rumah sakit, sewa rumah singgah, konsumsi untuk pasien & keluarga, transportasi, pembelian nutrisi & pampers bahkan akan ada tim pendamping ke rumah sakit jika orang tua berhalangan. Mari salurkan bantuan terbaikmu.

Info Kegiatan / Donasi ?