Mari bersama ringankan beban bapak Ari dalam menghadapi Kanker ganas
“Meski sakit saya tetap menjadi kuli untuk mencari nafkah supaya 8 anak saya bisa sekolah, tetapi semenjak tumor ini membesar dan jadi borok saya sangat sulit dapat pekerjaan. Orang takut melihat wajah saya.”ujar Pak Ari dengan suara parau.
Tak pernah terbayangkan oleh Pak Ari (51 thn) beliau harus menghadapi kanker ganas yang terus menggerogoti mulutnya dari 16 tahun lalu. Awalnya, ada benjolan kecil di bibir. Namun, lama kelamaan benjolan itu semakin membesar.
Pada 2016, benjolan tersebut pecah sampai mengeluarkan darah dan nanah. Karena tak memiliki uang lebih, beliau hanya bisa menahan sakitnya yang membuat rahangnya seperti tersayat pisau.
Setelah pecah, tumor tersebut membesar kembali dan mulai menghancurkan rahang dan setengah wajah Pak Ari. Tak jarang tumor ganas itu mengeluarkan darah dan nanah. Jika penyakitnya kambuh, Pak Ari hanya bisa meringkuk di tempat tidur sambil merintih kesakitan.
Keluarga sudah mengusahakan pengobatan Pak Ari semaksimal mungkin. Semua harta yang dimiliki sudah habis terjual, hutang pun sudah dimana-mana. Namun, karena jarak dari rumah sakit dan obat-obatan tak ditanggung jaminan kesehatan, akhirnya usaha keluarga Pak Ari terhenti.
Wajar saja, Pak Ari hanyalah kuli bangunan dengan penghasilannya Rp20.00/hari. Tetapi tak jarang dengan kondisi wajahnya yang setengah habis digerogoti tumor itu membuat orang-orang takut.
Sedangkan pengobatan Pak Ari harus terus berjalan. Beliau harus segera melakukan radioterapi dan kemoterapi. Jika tidak, penyakit ini akan semakin parah dan berakibat pada penyebaran jaringan kanker ke seluruh bagian wajah.
Bak jatuh tertimpa tangga, badai yang menghantam Seroja beberapa waktu lalu juga menghancurkan rumah Pak Ari. kini, beliau tak hanya berfikir bagaimana harus mencari nafkah saja, beliau juga harus berpikir dimana keluarganya harus tinggal sekarang.#OrangBaik mari kita bersama ringankan rasa sakit Pak Ari.