Diary Pasien Duwi Retno Puspitasari

Namaku Duwi Retno Puspitasari, asalku dari Kabupaten Bojonegoro, wilayah Utara dari Jawa Timur .

Asal mula sakitku terjadi di tahun 2014. Aku mengalami mimisan terus menerus, hampir setiap hari darah mengalir deras keluar dari hidung sebelah kiriku.

Dokter yg memeriksaku kali pertama di Bojonegoro menyatakan bahwa sakitku hanya polip hidung biasa, tetapi sejak itu pertumbuhan penyakitku semakin lama semakin besar hg aku harus dirujuk ke rumah sakit dr. Sutomo yg merupakan rumah sakit terbesar di Surabaya. Disanalah aku terdiagnosa kanker sinonasal stadium akhir.

Awalnya aku merasa kalut, kesal, takut dan marah luar biasa…, kenapa aku harus mengalami ujian seberat ini..? Tidak hanya sekali aku mengalami ujian demi ujian…, dan sekarang Allah memberiku ujian sakit seperti ini..

Kanker Sinonasal…

Aku mulai mencari dari internet dan bertanya kepada dokter yg memeriksaku, apa itu kanker Sinonasal. Dokter menjelaskan kepadaku bahwa kanker Sinonasal adalah kanker yang menyerang daerah sinus, yakni rongga kecil yang terhubung melalui saluran udara dari dalam tulang tengkorak.

Tepat tgl 20 April 2019 awal saya dirujuk ke RSUD Sutomo Surabaya, sudah 2 tahun yang lalu saya menjalani proses pengobatan. Dan selama pengobatan disini sudah banyak tindakan pengobatan yang kujalani.., dari operasi pengangkatan sel jaringan kanker yg sudah menyebar hingga proses kemoterapi dan radiasi sinar.

Suka duka yang sungguh tidak bisa kulupakan…, tidak sedikit kenangan pahit dan perasaan putus asa pada saat itu karena saya dan suami sudah kehabisan biaya  untuk kos di Surabaya, biaya makan kami, kebutuhan rawat luka dan ongkos mondar-mandir perjalanan selama di Surabaya. Suami yg pekerjaan sebelumnya adalah seorang wiraswasta usaha tahu bulat, yg pernah memiliki beberapa unit mobil untuk usahanya, tapi semua habis terjual bahkan tidak sedikit meninggalkan hutang.

Hampir putus asa rasanya….

Hingga Allah memberikan petunjukNya pada kami.., tgl 11 September 2019 , tanggal yang sama dengan pengeboman WTC di Amerika beberapa tahun yang lalu.., kami diperkenalkan dengan Ruang Pasien oleh salah seorang pegiat sosial yg pada saat itu membaca iklan kami di Facebook. Adik saya saat itu yg membantu kami menuliskan pengumuman di Facebook karena saya dan suami sudah kehabisan jalan harus kemana lagi meminta tolong agar saya bs sembuh. Masih ingat saat jelang kepergian kembali ke Surabaya , saya ditelpon oleh hotline Ruang Pasien, tetapi saya meminta waktu karena masih menunggu suami yang harus menjual gerobak  yang hanya laku senilai 100rb karena kami bingung tidak mempunyai pegangan uang sama sekali untuk bekal ke Surabaya.

Alhamdulillah walau dengan bekal yang super seadanya , saya dan suami bersyukur ada yang mau membantu kami. Dan terus terang saat itu saya pun tidak tahu akan seperti apa lagi kedepannya…

Saat itu luka yg hampir menutupi separuh wajah saya membuat saya malu dan risih.., karena saya sadar sangat menjijikkan dan berbau luar biasa yg membuat orang-orang enggan mendekat kepadaku..

Sering aku menangis sendirian, karena rasa sakit luar biasa dan segala perasaan yg bercampur jadi satu atas ujian sakitku. Tapi saya masih bersyukur bisa ditampung di rumah singgah Ruang Pasien yang saat itu masih saya sendiri penghuni nya. Semua serba kosong tanpa peralatan apapun. Hanya dua kasur tanpa bantal dan satu panci saja untuk merebus air. Saya melihat kebaikan dua orang pengurus yg tanpa jijik melihatku dengan kasih sayang mereka.

Selama kami disini menjadi saksi nyata pergerakan Ruang Pasien dari nol yang awal mula hanya mempunyai satu rumah singgah saja dan Alhamdulillah sekarang sudah mempunyai 3 rumah singgah dan 4 unit ambulan, serta banyak relawan dan karyawannya. Yang dulunya  belum apa apa hingga menjadi sebuah yayasan yang memberikan banyak bantuan untuk pasien-pasien dari manapun..

Saya dan suami disini menjadi saksi hidup perjuangan relawan-relawan disini yang dengan tulus ikhlas membantu dan mendampingi hingga Ruang Pasien tersinergi kemanapun jaringannya ke seluruh Indonesia..

Selamat milad yang kedua Yayasan Ruang Pasien Indonesia, doa kami selalu..semoga makin maju, berkah dan bermanfaat membantu pasien2 dhuafa di seluruh pelosok negri ini.semoga semakin amanah dan banyak menebar kebaikan untuk semesta.

Doa kami teriring untuk relawan dan karyawan Ruang Pasien.., semoga semakin guyub dan amanah, saling menguatkan bukan saling menjatuhkan. Lebih dekat lagi dengan pasien-pasien yang didampingi, lebih sopan dalam tutur dan tindakan karena pasien yg sakit mempunyai perasaan yang peka terlebih untuk kami yang sakitnya parah dan berbau.

Sekali lagi doaku selalu untuk YRPI , salam damai cinta dan sejahtera untuk semua…

#optimissehat

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Info Kegiatan / Donasi ?