Pak Supriyanto yang sehari hari hanya bekerja sebagai kuli bangunan, kini harus lebih menahan lapar demi menyisihkan uang untuk berobat Akmal. Akmal al Farizqi, anak ke empatnya Pak Supriyanto dan Bu Setyoningsih harus menerima kenyataan pahit di vonis menderita hideosefalus. Di tengah himpitan ekonomi, Pak Supriyadi juga harus lebih menahan lapar untuk membesarkan ketiga kakak Akmal yang masih duduk di bangku sekolah. Pak Supriyadi dan Bu Setyoningsih hanyalah lulusan SMP, alhasil tak banyak yang bisa mereka lakukan untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan.
“Saya ini cuma kuli bangunan, sehari kadang cuma dapat 50 ribu. Itu juga kalau pas ada proyek. Kalau gak ada, saya sama istri cuma bisa di rumah saja.”
Pada bulan Juli 2021, Akmal kecil lahir seperti anak normal lainnya. Tapi menginjak umur 2 bulan, kepalanya menjadi membesar. Pak Supriyanto dan istrinya lantas membawanya periksa ke puskesmas terdekat. Setelah di rujuk ke RS. Dr Moewardi Solo, perasaan mereka hancur mengetahui kenyataan bahwa anaknya menderita penyakit seperti itu. Setelah itu, Akmal langsung menjalani operasi pemasangan selang di belakang kepalanya untuk mengeluarkan cairannya.
“Kepala Akmal hanya seperti terbungkus kulit, makin membesar setiap hari. Saya sedih setiap hari cuma bisa di rumah mengurus anak, Cuma bisa bantu mendoakan suami agar mendapatkan rejeki lebih untuk kesembuhan anak saya.”
Pak Supriyanto tinggal di rumah kayu seadanya yang terletak di wilayah Wonosegoro, Boyolali. Setiap kali kontrol, pak Supriyanto harus menempuh jarak 2-3 jam dari rumahnya menuju ke Solo. rumahnya yang berada di daerah pelosok membuat pak Supriyanto harus membayar lebih untuk biaya perjalanan. belum lagi ia juga harus membagi uang penghasilannya untuk kebutuhan nutrisi, biaya sekolah dan uang saku ketiga kakak Akmal.
#OrangBaik mari kita bantu Pak Supriyanto agar ia bisa mengobati anaknya dan meringankan bebannya.