Tak semua doa mendapat jawaban seketika

“Tak semua doa mendapat jawaban seketika. Kadang, langit hanya diam. Tapi di dalam diam itu, iman tetap berbisik: ‘Aku masih di sini, percaya meski tak melihat.’”


Keajaiban Bukanlah Suatu Kebetulan

Keajaiban sering dianggap sebagai sesuatu yang langka, muncul tiba-tiba, tak terduga, dan hanya terjadi pada mereka yang “beruntung.” Padahal, jika kita mau jujur, banyak keajaiban hadir bukan sebagai kebetulan, tapi sebagai buah dari harapan yang tak putus dan iman yang terus menyala di tengah ketakutan.

Ketika kita berada di titik paling rapuh—saat tubuh lemah, pikiran gelisah, hati diliputi rasa takut—di sanalah benih mulai keajaiban tumbuh. Bukan karena semuanya tiba-tiba menjadi mudah, tapi karena kita memilih untuk tidak menyerah. Kita memilih untuk tetap percaya, meski berpikir sebaliknya.

Keajaiban terjadi saat seseorang yang hampir kehilangan segalanya masih mampu berkata,

“Aku percaya akan ada jalan.”

Keajaiban muncul ketika doa-doa sederhana disampaikan dengan air mata dan keyakinan. Bukan soal besar atau kecilnya permintaan, tapi ketulusan dan keyakinanlah yang mengetuk langit.


Menghadapi Takut dengan Harap & Iman

Rasa takut adalah bagian alami dari kehidupan. Takut gagal, takut kehilangan, takut tidak cukup kuat. Namun ketakutan tidak harus menjadi akhir. Ia bisa menjadi titik awal—asal kita memilih untuk menanggapinya dengan harapan dan iman.

Harapan membuat kita melihat cahaya, bahkan ketika dunia tampak gelap. Harapan bukan penyayang terhadap kenyataan, tapi kekuatan untuk melampaui kenyataan. Iman, di sisi lain, bukan sekedar percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja, tapi yakin bahwa kita tidak sendiri, bahkan dalam badai sekalipun.

Saat hati gentar, jangan lawan takutmu dengan marah atau menyangkal. Hadapilah dengan tenang. Duduklah bersama rasa takut itu, lalu bisikkan harapan, dan teguhkan iman. Mungkin keajaiban tak langsung datang dalam bentuk yang kita harapkan, tapi percayalah—tiap langkah kecil yang dilandasi iman adalah bagian dari mukjizat itu sendiri.


Simpul Akhir…
Keajaiban bukan sekedar momen besar. Ia hidup dalam hal-hal kecil: dalam senyum yang tetap terukir meski hati remuk, dalam langkah yang tetap maju meski penuh ragu, dalam doa-doa lirih yang naik ke langit dari dada yang sesak.

Karena kenyataannya, keajaiban bukanlah suatu kebetulan—ia adalah jawaban atas harapan yang tak goyah, dan iman yang memilih untuk tetap hidup… bahkan dalam ketakutan.

@bundAy
[Hanya catatan kecil ~ refleksi di penghujung Mei,, #optimissehat bagi para pasien di rumah singgah Ruang Pasien]

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *